menbandingkan ibu bekerja dengan ibu rumah tangga, lahiran normal atau sc, asi dengan sufor, mpasi instan dengan homemade huuuh tak pernah abis dan tak ada ujungnya
kadang bagiku pun, berusaha menutup ruang ruang itu, ruang ruang membanding setiap pilihan seseorang terutama setelah menjdi istri dan ibu. tapi ya sekuat apapun berusaha, pasti pernah terseret atau membuka topik yang mengarah ke hak tsb.
tapi semalam, ada hal yang buatku sedikit sentil, meski bukan terkait dengan ku tapi setidaknya cara pandang pun akan sama dengan cara pandangnya terhadap ku
sebuah narasi "mungkin kalau tidak menikah dengn suaminya skrg, dia akan menikah dgn seseorang dan akan jadi ibu rumah tangga, yang akan menadahkan tangan dengan suami, gak punya keleluasaan beli ini itu"
pengen mengcounter tapi ya rasanya tak bijak, itu pilihannya dan pandangannya. cuma sentilan itu membuat ku bertanya "apakah iya setelah menikah dan tidak bekerja menadahkan tangan"? apa iya ku tak bisa leluasa beli apapun ?
Untuk pertanyaan pertama, ku tak merasa demikian. entah sudah sekian puluh kali suami meyakinkan, ya dia bertanggung jawab penuh atas nafkah, dan tak mengajurkan istrinya berkerja dalam definisi bekerja terikat dan terjadwal.
Caranya memberikan nafkah pun, tak sama sekali membuatku merasa menadahkan tangan kepadanya. dia yang selalu mentransfer seluruh penghasilan nya, dan membuat seolah" ketika butuh dia yang akan meminta uang milikku, yang pdahal itu hasil keringat nya
pertanyaan kedua, tak leluasa beli apapun ? hmm mungkin ini ada benarny, ketika suami sudah berupaya mencari nafkah yang halal, maka istrilah yang berupaya untuk mengelola dengan sebaiknya. tak bisa leluasa beli apapun ? ya demikan adanya
ketika menikah dan memiliki anak, orientasi mu terkait penggunaan un tak lagi semata untuk jngka pendek, melainkan sudah menerawang bagaimana sekolah anakmu nanti, rumah, kendaraan, dan lainnya
akhir kata, cuma ingin berucap Alhamdulillah ala kulli hal, segala puji bagi Allah atas setiap keadaan. baik lapang maupun sempit, mudh ataupun sukar. dan hanya ingin menyakinkan diri, jangan membandingkan dirimu dengan orang lain, yang terlihat baik belum tentu baik, dan yang terlihat buruk pun belum tentu buruk
tak ada hukum absolut dalam pandangan manusia, tapi ketika setiap pilihan kita libatkan allah dan mengikuti tuntunannya, InsyaAllah tak akan kecewa meski dalam pandangan manusia akan selalu ada celahnya
sekian #umma'snote kali ini, rasanya menemukan kembali tempat terbaik untuk bercerita, meski cuma nulis aja dan gak mengharapkan attention juga, tapi close circle ku yang mau beri pandangan silahkan
sebuah narasi "mungkin kalau tidak menikah dengn suaminya skrg, dia akan menikah dgn seseorang dan akan jadi ibu rumah tangga, yang akan menadahkan tangan dengan suami, gak punya keleluasaan beli ini itu"
kalo menurut Tegar sih dalam "infinite what if" scenario, kemungkinan terbaik itu adalah apa yang kita jalani sekarang, Nil. Alhamdulillah alla kulli hal.
Laaaa, dakuu pingin curhatt
Sezuzurnyaa daku lg banyak kepengenan ini itu (buat kebutuhan dan keinginan daku sendiri) tapi trus inget lagi harus nabung sekian sekian sekian biar ga kekurangan biaya nikah dan after nikah, trus daku selalu mikirnya “ah tahan dulu nanti abis nikah aja belinyaa” tapi apa bener abis nikah bisa beli kepengenan daku, jadi takut ga terealisasi 😫
daku juga pengen curhaddd
yasalaaaam. ku baru buka plurk lagi nih, banyak yg mau curhat ya wkwk. vcall yuksss rindu nich