Hi Plurkie, apa kabar? Semoga yang masih setia di sini pada sehat semua ya. Semoga selalu berada dalam lindungan Tuhan. Maaf kalau tempat ini seperti ‘tempat sampah rahasia’ yang didatangi hanya kalau butuh saja. Tapi jujur, kadang mengeluarkan apa yang sedang dirasa itu merupakan suatu kebutuhan.
I’m sad. My own mother didn’t listen to me. She tends to listen other people first, then acknowledges that what I say is true. Kebiasaan. Padahal sebelumnya udah dibilangin, tapi gak denger. Setelah orang lain bilang, baru percaya. Sekarang juga gitu. Kadang mikir, gimana caranya supaya beliau gak keras kepala lagi.
Mama udah seminggu lebih gak enak badan. Lemes, batuk-batuk, gak nafsu makan. Katanya sempet demam sebentar, tenggorokannya pahit. Melihat keadaan saat ini yang lagi gawat, wajar kan kalau langsung berasumsi yang buruk? Tapi jujur, gak pernah ada maksud untuk mendoakan yang buruk untuk beliau. I’m just tired.
Divaksin gak mau, katanya ada komorbid. Tapi terlepas dari adanya komorbid, sepertinya beliau terlalu banyak baca ‘konten’ dari group WhatsApp. Beliau memang punya komorbid, but everything is under control. Seharusnya gak masalah buat vaksin. But she’s too stubborn. Sekarang ditawarin tes swab/PCR juga gak mau. Katanya gak mau dimasukin alat ke hidung.
Terus aku kudu piye ya Gusti? Kan maksudnya supaya jelas, gak cuma berasumsi. Gak ada maksud doain beliau kena COVID juga sih, cuma kan tetep was-was selama gak tau kebenarannya gimana. Memang ya fear of the unknown is real. Syukur-syukur cuma sakit biasa; batuk atau pilek karena emang keadaan lagi gak nentu. Tapi kan gak salah kalau berasumsi yang buruk?
It’s such a strange time to be alive, indeed. Even so, I still have hope that this too shall pass. Gimana caranya kita bertahan aja. It’s not easy, sure, but there’s still light at the end of the tunnel if you believe. I even asked for my brother’s help because I’m that frustrated. I don’t want to see my Mom get the goddamn virus.
I keep on praying kalau memang ada jatah sakit, jangan dikasih ke Mama. Give it to me because I don’t want to see her suffer. But then someone told me that mending gak ada yang sakit (obviously that would be ideal). But if I were given a choice tho, I’ll definitely volunteer to be in my Mom’s position right now.
What hurts me more than my Mom’s stubbornness is that she always prefers to listen to other people compared to her own daughter. It hurts because I think she doesn’t really acknowledge me as a proper human being, you know? It’s kinda sad because I’m so much older now; I’m not that 3 year-old daughter who used to cry when her Mom left her alone at home.
I’m tired, but I will not lose my hope for a better tomorrow. pukpuk diri sendiri