Menantimu seperti pelangi. Yang tak tahu pasti kapan akan hadir. Yang hanya bisa dipandang tanpa bisa didekap. Yang hanya bisa diberi senyum tanpa sapa meski sesaat.
Ombak tahu jika hempasannya selalu menyakiti karang yang tak selembut ia menghampiri bibir pantai. Itu karena ombak tak pernah mengerti bagaimana cara yang manis saat rindu membuai.
Jika aku seperti lilin yang rela habis terbakar demi mengelilingi sekitarmu, kau harus menjadi sekitarku agar bisa melihat bagaimana aku melebur dan lenyap seiring waktu.
Anggaplah kita seperti senja yang menanti mentari terbenam di kaki langit. Saling bertanya tentang apa yang akan kita lakukan esok, memandang semasing wajah serta tersenyum melepas lelah.
Engkau tidak pernah. Bahkan, selalu berhasil untuk diam dan bungkam di atas air mata pada hatimu. Sedang aku, terus meronta, menjerit karena sakit yang melebam saat air mata bersambut gemuruh di kalbu.